Perencanaan Pra-Kebakaran: Perhitungan Kebutuhan Foam

Bayangkan ini: sebuah tangki penyimpanan bahan bakar berkapasitas ratusan ribu liter tiba-tiba terbakar. Api menjilat ke langit, asap hitam membumbung tinggi, dan panas yang meradiasi bisa dirasakan dari ratusan meter jauhnya. Bukan hanya kebakaran yang besar dan tangki yang terancam berpotensi untuk meledak, tetapi secondary containment (dinding penahan cairan) yang seharusnya melindungi atau mencegah terjadinya tumpahan keluar justru menjadi “kolam bahan bakar yang terbakar.” Dalam kondisi seperti ini, waktu berjalan cepat: kalau foam tidak diaplikasikan dengan tepat dan dalam jumlah yang cukup, maka pemadaman kebakaran akan gagal. Di sinilah peran foam Kelas B menjadi penentu. Namun, pertanyaannya:
Apakah kita tahu berapa banyak foam yang dibutuhkan untuk benar-benar menutup dan memadamkan permukaan bahan bakar di containment itu?
Banyak sekali tim pemadam kebakaran yang sudah akrab dengan foam, tapi banyak yang tidak terbiasa dengan menghitung kebutuhan foam dengan tepat. Padahal, salah perhitungan bisa berarti supply foam habis sebelum api terkendali—dan situasi berakhir dengan bencana. Artikel ini membahas langkah-langkah perhitungan foam dengan cara sederhana namun akurat, mengacu pada prinsip yang diperkenalkan David F. Peterson, seorang veteran pemadam kebakaran dengan pengalaman 35 tahun di dunia Fire Service, dan mantan Fire Chief di kota Wisconsin,
Empat Faktor Penting dalam Perhitungan Foam:
1. Luas Area Permukaan Cairan
Luas Area mengacu pada luas permukaan tumpahan, biasanya dihitung dalam satuan square feet (ft²). Cara menghitungnya sederhana: panjang × lebar dari tumpahan. Jika bentuknya lingkaran, Anda bisa memperkirakan panjang dan lebarnya untuk mendapatkan angka perkiraan. Untuk perhitungan yang lebih tepat (meski tetap bukan ilmu pasti), luas lingkaran bisa dihitung dengan rumus (πr²) jika bentuk containment bundar.
2. Critical Application Rate (CAR)
Critical Application Rate (CAR) adalah laju aliran minimum foam yang sudah jadi yang harus diaplikasikan per square foot untuk memadamkan kebakaran cairan mudah menyala/terbakar. Nilai CAR ini ditetapkan melalui serangkaian pengujian ekstensif yang dilakukan oleh National Fire Protection Association (NFPA).
Untuk hydrocarbon fuels (bensin, solar, minyak tanah, dll) CAR ditetapkan sebesar 0,1 gpm/ft².
Untuk polar liquids (seperti alkohol, asam sulfat, aseton, dll), CAR ditetapkan sebesar 0,2 gpm/ft².
3. Eduction Rate (ER)
Persentase campuran konsentrat foam dengan air.
Hydrocarbon fuels: 3%
Polar liquids: 6%
4. Safety Factor (Durasi 15 menit minimum)
Sesuai NFPA 11 (2021), aplikasi foam harus dapat dipertahankan minimal 15 menit untuk memastikan bahwa api benar-benar terkendali dan tidak menyala kembali.
Rumus Perhitungan:
Gunakan rumus dasar berikut:
Luas Area × CAR × ER × 15 = Kebutuhan Konsentrat Foam (gallon)
Contoh Kasus: Tangki Bahan Bakar dengan Secondary Containment
Skenario: Sebuah tangki penyimpanan solar mengalami kebakaran, Tangki dikelilingi bundwall (secondary containment) berukuran 100 ft × 100 ft, Permukaan bahan bakar dalam containment ikut terbakar. Hitung kebutuhan foam: Luas Area: 100 × 100 = 10.000 ft², CAR untuk hydrocarbon: 0.1, ER: 0.03, Durasi: 15 menit Perhitungan: 10.000 × 0.1 × 0.03 × 15 = 450 gallon konsentrat foam
Rumus Cepat (Estimasi yang bisa dipakai di lapangan ketika sudah terjadi kebakaran)
Untuk mempermudah pengambilan keputusan di situasi kebakaran yang sudah terjadi dan/atau pada skenario dimana perhitungan jumlah kebutuhan foam belum ditetapkan dalam sebuah Standard Operating Procedures (SOP) untuk fasilitas tangki penyimpanan bahan bakar tertentu, maka rumus sederhana di bawah ini bisa digunakan:
- Hydrocarbon fuels:
Luas Area ÷ 20 = kebutuhan gallon foam
Contoh: 10.000 ÷ 20 = 500 gallon foam - Polar liquids:
Luas Area ÷ 5 = kebutuhan gallon foam
Contoh: 10.000 ÷ 5 = 2.000 gallon foam
Hasil perhitungan di atas cukup mendekati angka detail dan dapat dijadikan acuan cepat bagi On-Scene Incident Commander dalam mengambil keputusan di lapangan. Baik pada skenario tumpahan bahan bakar maupun kebakaran yang sudah terjadi akibat tumpahan tersebut, perhitungan ini membantu menentukan berapa banyak konsentrat foam yang perlu disiapkan untuk pemadaman. Tujuannya adalah untuk memastikan lapisan foam mampu menutupi area permukaan dan memutus suplai oksigen, sekaligus menekan potensi risiko bahan bakar agar tidak mencapai konsentrasi Lower Explosive Limit (LEL) yang dapat memicu terjadinya kebakaran.
Artikel ini ditulis oleh Andris Mahulette (andrismahulette@gmail.com), Fire Service Veteran and Lifelong Learner, dengan semangat untuk terus berbagi ilmu dan pengalamannya untuk Indonesia. Perjalanan pendidikannya membawanya hingga ke Kirkwood Community College, di Amerika Serikat, dimana ia mempelajari Emergency Management – Fire Science—yang membentuk dedikasi dan wawasan yang terus ia bagikan hingga hari ini