Archive
Safety Wisdom #2
Sahabat safety, kita sering mendengar risiko dinilai sebagai kombinasi antara konsekuensi dan kemungkinan terjadi (likelihood), akan tetapi pertanyaannya adalah seberapa valid perhitungannya ?
Validitas berkaitan dengan derajat ketepatan perangkat untuk mengukur konsep, dua konsep di matrix risiko adalah konsekuensi dan likelihood. Matrix risiko memiliki validitas prediktif yang membuat hasilnya dinamis dan validitas eksternal dimana sebuah nilai risiko akan tergantung konteks dan sumberdaya (man,method,machine,money,material) dalam pekerjaan tersebut.
Itulah sebabnya nilai risiko akan selalu dinamis, diiterasi dengan data insiden yang terjadi di lapangan, dipantau, dievaluasi, dan ditindaklanjuti berdasarkan hasil evaluasi.
Safety Wisdom #1
Sahabat safety, hari ini kita akan membahas 3 hal mendasar dalam manajemen risiko, yaitu bahaya, risiko, dan hirarki kontrol.
Bahaya itu diidentifikasi, bagaimana cara mengidentifikasinya tidak lepas dari definsi bahaya itu sendiri yaitu segala hal yang berpotensi menimbulkan kerugian material/non-material, cedera/sakit pada manusia, dan kerusakan peralatan. Sebagian mengklasifikannya dalam bahaya bahaya fisik, kimia, biologi, keselamatan, sampai dengan psikologis.
Risiko adalah paparan manusia/peralatan terhadap bahaya yang dinilai dalam bentuk angka/warna kombinasi konsekuensi dan likelihood yang disebut matrix risiko.
Hirarki kontrol adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi bahaya lewat engineering/rekayasa, atau menurunkan nilai risikonya lewat administrasi, praktek kerja, dan APD
Matinya prosedur kerja
# Dari Kebijakan (visi,misi,tujuan) turun ke manual lanjut ke Prosedur. Prosedur yang tidak diturunkan dari kebijakan akan MATI
# Tujuan dibuat oleh manajemen turun ke rencana strategis yang diwujudkan dalam bentuk target dan program. Proses kerja yang tepat akan membantu mencapai target. Proses kerja yang distandarisasi adalah prosedur. Prosedur yang tidak distandarisasi akan MATI
# Peraturan perusahaan (reward and punishment) menjaga konsitensi pelaksanaan prosedur. Prosedur yang tidak didukung oleh peraturan perusahaan akan MATI
# Penyusunan prosedur adalah top down dengan mempertimbangkan masukan pekerja. Penerapan prosedur dilakukan dengan pemberian contoh dari manajemen (lead by example) untuk menimbulkan kesadaran pekerja sehingga pelaksaannya bottom up. Prosedur yang tidak dimulai oleh pemberian contoh akan MATI
# Prosedur bersifat dinamis karena menyesuaikan risiko,produktifitas pekerjaan, dan sistem terkait. Prosedur yang statis akan MATI
# Prosedur adalah proses kerja yang distandarisasi dimulai dari Standar Kinerja, Waktu, perlengkapan dan peralatan kerja. Prosedur yang tidak memiliki Standar tersebut akan MATI
# Prosedur diujicobakan untuk mengukur efektifitas , efisiensi, kelemahan dan kekuatannya. Prosedur yang tidak di ujicobakan akan MATI
# Prosedur dievaluasi secara berkala untuk mengukur ketepatan cara kerja, alur kerja, dan hasil kerja. Prosedur yang tidak dievaluasi akan MATI
# Prosedur dilatihkan kepada pekerja supaya kompeten dalam melaksanakannya dan manajemen melakukan pengontrolan untuk menjaga konsistensinya. Prosedur yang tidak dilatihkan akan MATI
# Panjang pendeknya Prosedur adalah wajar disesuaikan dengan kompleksitas pekerjaan. Kesederhanaan prosedur bukan dinilai dari panjang pendeknya isi tapi dari kesederhanaan cara berpikir. Prosedur yang tidak memiliki kesederhanaan cara berpikir akan MATI
– FN 27/01/2019 –
Tingkat Kepatuhan
Seorang pasien masuk ke Rumah sakit (sistem organisasi) dan suka atau tidak (atttitude) dia harus minum obat kalau mau sembuh karena dia mau sembuh dan terhindar dari penyakit! Tingkat kepatuhan cenderung tinggi atau rendah?
di tempat lain..
Seorang karyawan masuk ke perusahaan (sistem organisasi) dan suka atau tidak (attitude) dia harus menjalankan prosedur supaya tidak celaka! Tingkat kepatuhan cenderung tinggi atau rendah?
hipotesis…
Tingkat kepatuhan tinggi tapi masih sakit/celaka berarti ada yg salah (lubang keju) di sistem organisasinya. Tingkat kepatuhan rendah berakibat sakit/celaka berarti ada human factor. Tingkat kepatuhan rendah tapi tidak ada sakit/celaka berarti keberuntungan!
Teori Keseimbangan
Dalam pelatihan awal kepemimpinan biasanya kita diminta untuk membuat Visi – Misi – Goals diri sendiri yang disandingkan dengan Organisasi untuk mendapatkan titik temu dan saling untung satu dengan lainnya.
Pertama yang kita lakukan adalah membuat Balancing (Teori Keseimbangan) dimana kita diminta untuk melihat gambaran diri kita lewat pendekatan MBS (Mind, Body, Soul) dengan skala Likert.
# Seberapa jauh kita menilai Mind Kita terkait dengan Pekerjaan, Sekolah, Membaca, …
# Seberapa jauh kita menilai Body kita terkait dengan Olahraga jasmani, makanan, Finance, Istirahat, …
# Seberapa jauh kita menilai Soul kita terkait dengan Persahabatan, Meditasi, Ibadah, Doa, Sosial, …
Kedua yang kita lakukan adalah membuat Goals berdasarkan hasil Balancing pada poin Pertama sebagai contoh untuk Mind kita bisa menetapkan goals Membaca 1 buku per minggu, untuk Body bisa berjalan kaki 1 x per hari, untuk Soul bisa beribadah 1 x per minggu, dst….
Ketiga yang kita lakukan setelah semua goals diatas ditetapkan adalah memasukannya dalam skala prioritas untuk dikerjakan berdasarkan matrix Steven Covey berikut:
# Urgent and Important
# Urgent but Not Important
# Not Urgent but Important
# Not Urgent and Not Important
Keempat yang kita lakukan adalah melaksanakan goals yang telah ditepatkan berdasarkan skala prioritas dan membuat komitmen untuk reward jika melakukan dan penalti jika tidak melakukan
Kelima yang kita lakukan adalah memulai lagi dari langkah pertama jika misalnya karena satu dan lain tidak berjalan sebagaimana direncanakan karena demotivasi atau faktor lain di luar kontrol kita.
Semoga bermanfaat – Novento 8/14/2018