Archive
Penilaian Kinerja Keselamatan Pertambangan

Kinerja K3 selalu diukur dengan nilai statistik Frequency Rate dan/atau Severity Rate, padahal nilai statistik tersebut merupakan output dari sebuah proses. Sebagian sumber mendefinisikan proses ini berikut pengukurannya yang sering disebut sebagai leading indicator. Kepdirjen Minerba Nomor 10.K/MB.01/DJB.T/2023 memberikan panduan jelas bagaimana melakukan pengukuran leading indicator tersebut dalam konteks Keselamatan Pertambangan. Di dalamnya, dapat kita temukan 4 indikator kinerja berbobot yang signifikan.
Setiap indikator tersebut memiliki parameter yang diukur menggunakan item rubrik dengan struktur sebagai berikut:
- Partisipasi pekerja (2 parameter, 29 item)
- Tanggung Jawab Pimpinan (8 parameter, 98 item)
- Analisis dan Statistik Insiden (4 parameter, 18 item)
- Upaya Pengendalian Risiko (10 parameter, 49 item)
Setiap item diukur menggunakan skala ordinal 1 s.d. 5 dengan metode pengumpulan data tinjauan dokumen, kuesioner, wawancara, observasi, Focus Group Discussion/FGD, dan/atau simulasi. Hasilnya dikalkulasi dengan bobot setiap parameter untuk mengetahui level tingkat kinerja (Tingkat Dasar, Reaktif, Terencana, Proaktif, Resilient).
Berikut template (Excel) yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja Keselamatan Pertambangan berdasarkan Kepdirjen 10.K/MB.01/DJB.T/2023. Terdapat 5 sheet di dalamnya, yaitu Penilaian, Rubrik, Kuesioner, Jumlah sample, dan Program.
- Penilaian (anda hanya perlu mengisi sel C2, C3, F2, dan F3)
- Rubrik (anda hanya perlu mengisi sel J, K, L)
- Kuesioner
- Jumlah Sample (anda hanya perlu mengisi sel B10-13, C10-13, E10-13)
- Program (anda hanya perlu mengisi sel C2,C3, I2, I3, F,G,H,I,J, dan K)
Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan menghubungi saya via email fnovento@gmail.com atau WA: 0852-280-63460.
Budaya K3
Bulan K3 tahun 2019 ini menggunakan istilah Budaya K3, pertanyaannya adalah bagaimana mengukur Budaya K3?
asumsi 1:
Budaya K3 diukur dari perilaku yang sudah terbentuk , ini bisa diamati dari observasi / inspeksi di lapangan
asumsi 2:
Budaya K3 diukur dari persepsi, sikap pelaku, ini bisa digali dari interview maupun survey
asumsi 3:
Budaya K3 diukur dari seberapa besar kepemimpinan dan komitmen pimpinan dan pelaku terhadap K3
asumsi 4:
Budaya K3 diukur dari data leading maupun lagging yang ada dalam organisasi
asumsi 5:
Budaya K3 diukur dari seberapa efektif sistem manajemen K3 yang digunakan dalam organisasi
FN
Safety is Passion
Ada beberapa definisi terkait dengan passion, tapi sedikit definisi terkait dengan safety passion. Secara sederhana, saya definisikan safety passion sebagai dorongan untuk selalu mencari kontrol yang lebih baik untuk mencegah kecelakaan dan kinerja K3 yang setinggi-tingginya.
Bagaimana menumbuhkan Safety Passion ?
Berikut adalah dua hal yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut
1) menjadikan safety sebagai values perusahaan, values akan menumbuhkan set of behaviour yang membentuk safety culture
2) safety leadership melalui 4E framework, yaitu
# envision (perencanaan, plan) : policy, tujuan, sasaran, dan program kerja
# enable (organisasi dan personel): komite safety, task force pekerjaan berisiko tinggi, safety officer, …
# empower (implementasi, do): sistem manajemen k3, safety accountability program, meeting, inspeksi, observasi, instalasi dsn perawatan sarana prasarana peralatan
# engage (evaluasi dan monitoring, check and action): feedback, evaluasi kinerja, internal audit,…
Envision ke enable adalah What, enable ke empower adalah How, dan empower ke engage adalah Why.
– FN 2/2/2019 –
Manusia Kardus
Sebagian dari kita berpikir bahwa dengan membatasi ruang gerak manusia lewat aturan, prosedur, hukuman, … akan menghindarkan pekerja dari kecelakaan! Ruang gerak pekerja dibatasi dalam suatu box sehingga ndak memungkinkan pekerja untuk menyimpang di luar box tersebut. Akan tetapi kita lupa bahwa pekerja adalah manusia bukan robot yg bisa diprogram untuk mengikuti kehendak pembuat program. Otak manusia lebih rumit daripada robot dengan perintah pemrograman
Manusia cenderung berperilaku negatif atau menyimpang sudah menjadi kodratnya, orang bijak bilang nobody perfect karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan.
Satu pekerja dari 12 pekerja yang mengalami kecelakaan karena perilaku menyimpang belum tentu memiliki pembeda yang dimiliki oleh 11 pekerja yang selamat! apakah 11 pekerja yg selamat tidak pernah menyimpang ? sekecil apapun itu ? sebesar apapun itu ?
Lantas apa yg menjadi pembeda antara 1 dan 11 pekerja tersebut?
Human Error – Kesalahan manusia
Banyak praktisi K3 yang mengembangkan program based on intuisi daripada teori dan data empirik, alhasil program K3 hanya menyentuh aktifitas permukaan saja dan tidak menyentuh kedalaman alasan kenapa manusia berbuat kesalahan?
Kesalahan manusia bisa dipahami dari lima persepsi berikut:
1) persepsi manusia: manusia pada dasarnya selalu mudah membuat kesalahan baik karena dorongan internal atau eksternal. Seorang pekerja memutuskan untuk tidak menggunakan APD bisa jadi karena pengetahuan yg kurang atau meniru tindakan atasannya? – ilmu psikologi
2) persepsi sistem: sistem dibuat oleh manusia sehingga rentan kesalahan (vulnerable). Seorang penumpang bis tidak menggunakan sabuk pengaman karena sabuk pengaman di dalam bis rusak / tidak tersedia? – ilmu teknik
3) persepsi lingkungan kerja: lingkungan kerja yang buruk akan memicu kesalahan manusia . kondisi tekanan panas yang tinggi dalam sebuah ruangan akan menyebabkan pekerja mudah emosi dan susah konsentrasi ? – ilmu industrial hygiene
4) persepsi komunikasi: komunikasi yang terputus antara pekerja dan atasan atau sesama pekerja atau pihak eksternal akan memicu kesalahan manusia. seorang pekerja mengalami konflik dengan atasan akan memicu kesalahan di pekerjaanya yg dapat membahayakan dirinya maupun orang lain? – ilmu komunikasi
5) persepsi organisasi: keputusan organisasi yang keliru akan berdampak pada kesalahan manusia. Sebagai contoh kebijakan pengurangan biaya memberikan dampak pada terhentinya pengembangan dan pelatihan pekerja sehingga rentan kesalahan. Ada dua teori besar di ranah ini yaitu domino (1985) dan swiss cheese (1990) , rentang waktu hampir 10 tahun antara kedua teori ini menyebabkan domino lebih banyak digunakan daripada swiss cheese? – ilmu organisasi
Praktisi K3 = ilmu psikologi+ ilmu teknik + ilmu Industrial Hygiene + ilmu komunikasi + ilmu organisasi
framework k3 = persepsi manusia + sistem + lingkungan kerja + komunikasi + organisasi
Note: kesalahan manusia (human error) lebih luas ruang lingkupnya dibandingkan dengan unsafe act dan unsafe condition
bersambung…